Ket.Gambar: Pasukan Tubarani memasuki lapangan upacara untuk mengikuti upacara pergantian jaga dan penurunan bendera Merah Putih.

SUNGGUMINASA——–Puluhan pasukan tubarani menggunakan pakaian adat berwarna merah yang melambangkan keberanian pasukan dalam menjaga Museum Istana Balla Lompoa lengkap dengan senjata khasnya memasuki lapangan upacara diiringi dengan taluhan gendang. Beberapa diantara mereka membawa panji-panji kebesaran kerajaan yang terdiri dari panji-panji wilayah negeri Kerajaan Gowa yang disebut Bate Salapang dan negeri bawahan yang disebut Bate Anak Karaeng. Panji-panji tersebut menjadikan pengikat kesetiaan, dedikasi, pengabdian dan tanggungjawab serta rasa kecintaan dan kesetiaan tinggi terhadap Kerajaan Gowa. Inilah gambaran singkat ketika upacara pergantian jaga pasukan tubarani tengah berlangsung di Museum Istana Balla Lompoa, Kabupaten Gowa, Jum’at (17/6).

Kapolresta Gowa, Totok Listiyanto bertindak sebagai inspektur upacara. Kegiatan seperti ini telah rutin dilaksanakan sejak bulan April 2011 pada tanggal 17 setiap bulannya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Gowa. Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo, Sekretaris Daerah Kab Gowa Muh.Yusuf Sommeng, jajaran muspida, para pimpinan SKPD Lingkup Pemkab Gowa, pemangku adat dan tokoh masyarakat serta masyarakat umum pun turut hadir menyaksikan kegiatan yang berlangsung di halaman istana peninggalan Kerajaan Gowa ini.

Di masa lalu Kerajaan Gowa merupakan pusat kerajaan terbesar di belahan Nusantara Timur, pemegang heremoni dan supremasi yang diakui se-Nusantara dan mancanegara di samping Kerajaan Sriwijaya yang terletak di bagian barat dan Kerajaan Majapahit di bagian tengah Nusantara. Dengan semangat patriotik pembesar kerajaan, pejuang dan rakyat Gowa selalu menentang dan mengadakan perlawanan terhadap penjajah yang ditandai dengan serangkaian pergolakan perlawanan dalam periode-periode selanjutnya. Namun tetap dengan menjunjung tinggi dan menghormati kebebasan dan kemerdekaan.

Setelah prosesi pergantian jaga dilakukan penurunan bendera kebangsaan Sang Merah Putih oleh pasukan tubarani. Uniknya upacara ini menggunakan bahasa Makassar pada saat pemimpin pasukan tubarani melapor kepada inspektur upacara. Tidak hanya itu saja, pembawa acara juga menggunakan 2 (dua) bahasa yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris guna menarik minat pengunjung utamanya para wisatawan asing.(*)

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.

− 9 = 1