Balla Lompoa Pecahkan Rekor MURI
Ket Gambar : Bupati Gowa, Ichsan Yasin Limpo mengawali prosesi pengangkatan Balla Lompoa
[GOWA]——– Balla’ Lompoa, Istana Raja Gowa yang berfungsi sebagai museum peninggalan sejarah masa lampau Kerajaan Gowa, mencatat rekor baru di Museum Rekor Indonesia (MURI) setelah bangunan tua ini berhasil diangkat setinggi 3,20 meter dari posisinya secara manual oleh tenaga manusia dan alat hydrolik (dongkrak).
Jaya Suprana dari MURI mengabadikan prosesi itu sebagai rekor yang patut dicatat MURI karena istana kerajaan yang dibangun sejak 1936 ini diangkat tanpa mengurangi sedikit pun bentuknya, tanpa mengeluarkan isinya dan tanpa mengalami kerusakan. Dengan pertimbangan tersebut Jaya Suprana akan menyerahkan piagam MURI kepada Bupati H.Ichsan Yasin Limpo,SH, Rabu (9/3) di tengah penyambutan upacara adat di Balla’ Lompoa dan disaksikan Dewan Adat dan kerabat Kerajaan Gowa serta akan dihadiri Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) DR. H. Syahrul Yasin Limpo, Muspida Provinsi Sulsel, pejabat lingkup Pemda Gowa dan undangan.
Bupati Gowa H. Ichsan Yasin Limpo mengatakan, revitalisasi kawasan Balla’ Lompoa bukanlah hal yang berlebihan, ini merupakan salah satu bentuk itikad baik dan perhatian besar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa untuk melestarian bangunan bersejarah di Gowa sebagai situs budaya. Penerimaan piagam MURI hari ini, sekaligus menandai peresmian dan pembukaan kembali museum tersebut untuk umum.
Menurutnya, revitalisasi kawasan Museum Balla Lompoa sama sekali tidak bertujuan untuk kepentingan pribadi dan politik, akan tetapi untuk mempertahankan Istana Balla Lompoa dengan nilai kesakralannya dan nilai lebih dari pada bangunan yang ada di sekitarnya, sehingga situs ini nampak menggambarkan sebuah istana yang megah dari hasil kerjasama masyarakat Gowa. Revitalisasi ini dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-undang Tahun 1992 tentang Cagar Budaya.
Diakui bahwa pada saat pelaksanaan tahap kedua revitalisasi yaitu prosesi pengangkatan tanggal 18 Oktober 2010 lalu, banyak pihak tidak yakin museum ini bisa terangkat. Bahkan bermunculan pandangan dan pendapat terkait sistem teknis hingga hal yang non-teknis. “Alhamdulillah, hal-hal yang dikhawatirkan dari awal tidak terjadi dan kami sangat yakin bahwa niat yang baik, disertai usaha dan pertimbangan dari petuah adat, semua akan berjalan lancar,†ucapnya.
Revitalisasi ini bukanlah bersumber dari pemikiran pribadi, akan tetapi adanya sumbang saran dari berbagai kalangan bahwa apabila hal ini tidak segera dilakukan maka situs sejarah Kerajaan Gowa sebagai kerajaan yang pernah berjaya dan sangat disegani di kawasan Nusantara pada masa lampau akan hancur karena termakan usia, dilakukan tanpa mengubah Istana Balla Lompoa dari bentuk aslinya melainkan menata kawasannya, menaikkan bangunannya untuk disejajarkan dengan Istana Tamalate di sampingnya, sehingga lebih megah.
Tiga Tahun
Revitalisasi ini belum sepenuhnya rampung karena masih ada beberapa item pekerjaan belum terlaksana sesuai desain perencanaan yaitu pembangunan koridor atau bangunan yang menghubungkan Balla’ Lompoa dengan Istana Tamalate, mushollah, penggantian atap museum dan Istana Tamalate serta jaringan listriknya.
Kawasan Museum Balla Lompoa akan dikerjakan selama tiga tahun anggaran, dengan total perkiraan anggaran sekitar Rp 23 miliar dan diperkirakan rampung secara keselurahan pada tahun anggaran 2011. Peresmian dilakukan dengan pertimbangan masyarakat umum dapat menikamati keindahan kawasan museum Balla Lompoa hasil revitalisasi yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda).
Tahun ini Pemda Gowa mendapat bantuan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI sebanyak Rp 3 miliar untuk melanjutkan revitalisasi. Anggaran yang dibutuhkan masih sekitar Rp 8 miliar, untuk itu pada kesempatan ini Bupati Gowa menyampaikan kepada Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI tentang proposal yang telah diajukan kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata untuk memperoleh bantuan bagi kelanjutan revitalisasi kawasan tersebut. “Museum ini bukan hanya milik Gowa tetapi milik Indonesia dan tidak ada salahnya jika pemerintah pusat melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI dapat memberikan bantuannya demi menyelesaikan revitalisasi kawasan museum tersebut,†katanya.
Museum Balla Lompoa akan menjadi salah satu obyek wisata andalan dan ikon pariwisata Gowa menyambut Visit South Sulawesi atau tahun Kunjungan Sulawesi Selatan 2012. Pemda berencana membentuk badan kawasan Museum Balla Lompoa yang nantinya secara rutin melaksanakan prosesi penggantian prajurit jaga dengan berpakaian adat untuk menarik wisatawan ke obyek tersebut. [Tim]