Jadi Pembicara di Sharing Session, Priska Adnan Harap Percepatan Digitalisasi UMKM

HUMASGOWA——Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang adaptif, kreatif dan inovatif adalah modal Kabupaten Gowa untuk dapat terus maju di masa pandemi Covid-19.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gowa, Priska Paramita Adnan saat membawakan materi pada Sosialisasi Peningkatan Skala Usaha Mikro menjadi Usaha Kecil serta Pemasaran Produk UKM Berbasis Kemitraan Kabupaten Gowa di Gedung Balai Diklat Kabupaten Gowa, Jum’at (11/6).

“Saya dititipkan tiga tugas oleh bapak Bupati di PKK, yang pertama penurunan angka stunting, kedua penyeragaman kualitas PAUD di Kabupaten Gowa, dan yang ketiga pengembangan UMKM ini,” ungkapnya.

Khusus untuk UMKM, menurut Ketua Dekranasda Kabupaten Gowa ini, adaptasi terhadap teknologi adalah yang utama. Adaptasi adalah kemampuan yang harus diasah dalam mengembangkan UKM di masa pandemi ini. Kita tidak dapat lagi memakai metode konvensional dalam strategi marketing di masa pandemi.

“Sejak pandemi Covid-19 terjadi peningkatan penjualan produk UKM, untuk sektor makanan dan minuman hingga 26 persen. Peningkatan juga dialami produk UKM untuk pemeliharaan kesehatan, seperti masker dan hand sanitizer,” terangnya dihadapan 51 pelaku UKM yang ada di Kabupaten Gowa.

Lebih lanjut disampaikan istri Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan ini data di Tokopedia, terdapat 9,9 juta UMKM yang terdaftar sebagai mitra Tokopedia. Ada kenaikan sebesar lebih dari 2,5 juta dari 7,2 juta penjual sejak Januari 2020.

Oleh karena itu, digitalisasi pun mau tak mau juga harus lebih ditekankan dalam usaha pendorongan UKM untuk berkembang dan bertahan di masa pandemi.

“Jika kita tidak siap untuk “Go Digital” maka produk luar tentunya akan mengambil alih dan berkuasa,” tambah Priska Adnan.

Salah satu Pemilik Usaha Makmur Bersama Cap Petani Jagung, Marlia mengaku selama ini dirinya belum memiliki kendala, hanya saja penjualan lebih dilakukan secara offline, sehingga ke depan pemasaran secara online akan mulai dijajakinya.

“Untuk saat ini belum ada kendala yang saya temui, cuma selama ini pemasaran melalui offline, ke depan saya memang perlu beranjak pada pemasaran secara online, apalagi di saat pandemi sekarang ini pembeli lebih sering menggunakan aplikasi untuk memesan makanan,” katanya.

Selain itu, ia membeberkan selama ini pihaknya memasukkan produknya di berbagai gerai seperti minimarket dan pasar – pasar retail lokal bahkan ke luar daerah seperti di Kendari dan Palu.

“Selama pandemi dalam seminggu bisa memproduksi sekitar 600 kilogram. Tapi sebelum pandemi itu kita bisa memproduksi setiap harinya hingga 200 Kilogram per hari. Sehingga produksi saat ini memang menurun dan tentu berdampak juga pada hasil penjualan,” jelas Marlia.

Ia berharap setelah mengikuti sosialisasi ini produk yang dihasilkan bisa lebih berkembang khususnya melalui pemasaran secara online.(PS)

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.

+ 35 = 44